[Esai] Virus K-pop Membawa Pengaruh Positif dan Negatif terhadap Remaja Indonesia
Hey~ Sexy ladies!
Op…. Op…. Op….
Oppa Gangnam Style!
Begitulah sepenggal lirik lagu Korea Selatan yang saat
ini sedang digandrungi oleh remaja Indonesia bahkan oleh penduduk dunia,
Gangnam Style judulnya. Gangnam Style adalah terobosan besar dalam bidang musik
yang pernah dicapai negeri ginseng itu. Dengan berbekal performa lucu serta
tarian yang aneh namun menarik untuk diikuti, Gangnam Style berhasil meraih
hati dunia Internasional. Dengan alasan tersebutlah mengapa saya mengambil tema
ini sebagai bahan bahasan dalam essai saya.
Sebenarnya K-pop atau Korean Pop sudah ada sejak dulu di
negeri asalnya, Korea Selatan. Namun K-pop mulai dikenal secara global pada
tahun 2000-an. Puncaknya tahun 2008, saat sebuah boy band berhasil menembus
pasar dunia, TVXQ namanya. Meski respon yang diterima tidak sebesar Gangnam
Style, kiprah TVXQ dalam belantika musik Internasional juga tidak bisa dianggap
remeh. Guinnes Book of World Record mencatat TVXQ sebagai idola dengan jumlah
anggota fandom terbesar didunia, yakni 800.000 orang. Dan hingga kini belum ada
idola yang dapat menggantikan rekor yang pernah dicapai TVXQ itu.
Lalu sebenarnya apakah daya tarik K-pop ini sehingga bisa
sangat digandrungi? Dan apa sajakah pengaruhnya terhadap remaja di Indonesia? Hal
itulah yang akan saya bahas di dalam essai saya.
Saya mempunyai seorang teman, Veranita namanya. Ia
menyebut dirinya sebagai penggemar K-pop
sejati terutama Super Junior, dan ia adalah seorang ELF (Everlasting Friends)
sebutan untuk penggermar Super Junior. Melihatnya sangat tergila-gila dengan
Super Junior, membuat saya penasaran dimana titik pesona yang dimiliki oleh boy
band itu.
“Ganteng tau.
Suaranya juga bagus-bagus, apalagi
Kyuhyun oppa. Terus mereka juga jago nari.”
Tuturnya.
Hanya segitu? Merasa belum mendapat kepuasan dengan
jawabannya, saya pun terus menggali informasi darinya. Ternyata personality
masing-masing anggota Super Junior juga menarik baginya. Ia bilang Siwon adalah
seorang yang sangat taat pada agamanya (katolik), kemudian ada Eunhyuk yang
jenaka, Leeteuk leader yang kharismatik, sampai pribadi Kyuhyun yang jahil
seringkali membuatnya gemas.
“Lagian aku
juga gak asal ngefans sama mereka. Untuk menjadi seperti sekarang ini, mereka
juga harus melewati masa – masa sulit. Berlatih keras setiap saat untuk bisa
tampil baik dihadapan fansnya. Bahkan hanya tidur 2 jam dalam sehari. Sebelum
debut mereka menjadi trainee di agensinya, ada yang menjalani masa trainee 5
sampai 6 tahun. Mereka memulai debut tahun 2005 dan mendapat popularitas tahun
2010. Itu kan gak sebentar dan gak gampang. Semangat mereka untuk
menggapai mimpi itulah yang bikin aku
cinta banget sama mereka.” Jelas
Veranita panjang lebar. Mendengar penjelasannya membuat saya akhirnya mengerti,
mungkin Super Junior memang layak menjadi Idola.
Kemudian apakah pengaruh K-pop ini terhadap remaja
Indonesia? Seperti hitam dan putih, tentu saja ada pengaruh negatif serta
positifnya.
Sebagai contoh pengaruh positif, semenjak menjadi ELF
Veranita mengaku menemukan impiannya. Ia bertekad untuk mempelajari Bahasa
Korea dan kemudian menjadi seorang penerjemah. Super Junior juga menjadi
motivasinya untuk meningkatkan prestasinya di sekolah, karena jika mendapat
peringkat pertama, ayahnya akan mengizinkannya menonton konser Super Junior. Ketika
sedang merasa sedih dan tidak bersemangat menjalani harinya, Veranita akan
mendengarkan lagu Super Junior dan membuat mood nya kembali.
Berkat Super Junior pula ia bisa menghasilkan uang
sendiri. Pasalnya, hobinya dalam membuat pernak-pernik serta kerajinan tangan
dapat tersalurkan. Ia membuat gantungan kunci, saputangan, kalung, gelang dan
lain-lain dengan gambar dan tulisan Super Junior tentunya. Kemudian hasil
kerajinan tangannya itu, ia jual kepada teman – temannya dan meraup untung yang
lumayan untuk kantong seorang pelajar.
Namun permasalahannya, apakah para remaja penggemar K-pop
akan berlaku seperti Veranita? Jika mereka tidak bisa menyikapi dan salah
mengambil langkah, justru akan menjadi pengaruh negatif pada diri mereka
sendiri.
Misalnya, menurunnya prestasi di sekolah karena terlalu
berlebihan mengikuti perkembangan K-pop. Kemudian menghambur – hamburkan uang
hanya untuk membeli CD/DVD serta menonton konser K-pop yang tidak murah
biayanya. Dan mereka juga bisa kehilangan rasa nasionalisme terhadap tanah air
karena menjadikan Korea Selatan sebagai kiblat mereka. Yang terparah, bisa saja
mereka bunuh diri ketika mendengar Idolanya sudah mempunyai wanita/pria idaman.
Akhirnya pada intinya, semua tergantung pada diri kita
masing – masing. Bagaimana cara kita menyikapinya. Karena virus K-pop ini tidak
bisa dicegah apalagi dihentikan. Maka dari itu saya menghimbau para remaja
Indonesia agar bersikap adil pada diri mereka sendiri. Dan selalu berfikir
panjang ke depan agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan. Karena
sesuatu yang berlebihan tidak selalu berujung baik.
Komentar
Posting Komentar